Langsung ke konten utama

Udah Gede part II

"... akan kukabari saat urusan ini tak menggangguku, sebentar lagi"

Sebentar-nya lumayan juga sih. Banyak printilan-printilan yang terjadi setelah tulisan itu dipublish.

Jadi, apakah tulisan ini jadi penanda kalau urusan itu tidak lagi mengganggu? Hmm.. let's see.

Aku pernah ikut teater dan aku sering main drama. Ketika ada satu episode dalam hidupku yang cukup membuat perasaan dan mood jungkir balik, aku sering menyebutnya drama. Atau dramatis. Yah pokoknya itulah.

Tapi episode yang terjadi dalam jarak yang dibatasi postingan ini dan postingan yang mengandung paragraf paling atas, bikin aku sadar kalau aku ga bisa nyebut kenyataan sebagai drama. Karena ternyata, kenyataan jauh lebih rumit daripada drama. Drama adalah kenyataan yang disederhanakan.

Di dalam drama, semua lakon tahu apa yang akan ia alami selanjutnya, tapi dalam kenyataan ga semudah itu.

Aku pernah ikut teater dan -entah kenapa- aku lebih sering dapet peran tritagonis. Awalnya baik kemudian jahat, atau sebaliknya. Di dalam episode yang terjadi dalam jarak yang dibatasi postingan ini dan postingan yang mengandung paragraf paling atas, aku bisa merasakan rasanya menjadi semua tokoh. Bahkan bingung harus menjadi siapa dan memihak kemana di babak selanjutnya. Konflik tidak sederhana dan harus melawan lakon lain dan yang lebih sering terjadi, melawan diri sendiri.

Pada akhirnya, kenyataan memang bukan drama. Drama hanya memiliki satu sutradara. Tapi kenyataan, semua lakon bebas memilih berapapun pengaturnya. Aku pilih dua. Sutradara yang ada dalam hati, dan sutradara dari semua sutradara di alam semesta ini.

Tak lagi mengganggu?

Ya. Episode itu, resmi ditutup.

And.. hai episode baru

Komentar